Anatomi Fisiologi Pada Diagnosa Vomiting


Anatomi Fisiologi Pada Diagnosa VomitingSebelumnya kita ketahui dahulu apa yang dimaksud dengan vomiting. Vomting adalah salah satu bahasa atau istilah yang digunakan oleh dunia kedokteran untuk muntah. Sedangkan untuk muntah itu sendiri adalah keluarnya isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.

Mual sering dikaitkan dengan muntah dan gejalanya pun dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Mual dan muntah yang paling sering adalah morning sickness (viral gastroenteritis) atau morning sickness awal kehamilan.

Banyak obat dapat menyebabkan mual dan muntah, seperti dapat anestesi umum untuk operasi. Jarang, mual dan muntah mungkin menunjukkan masalah serius atau bahkan mengancam jiwa.


Seperti yang kami sebutkan, muntah itu adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus.

 

Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.

Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.

Etiologi

  • Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia / stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
  • Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
  • Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.

Patofisiologi

  • Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-
  • kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah.
  • Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.

Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :

  • Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
  • Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
  • Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

Tanda dan Gejala

Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :

  • Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
  • Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
  • Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
    Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
  • Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

Sifat Muntah

  • Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
  • Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke duodenum).
  • Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
  • Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran empedu.
  • Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus.

Pencegahan

  • Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
  • Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
  • Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
  • Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
  • Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

Penatalaksanaan

  • Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
  • Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat
  • jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.

Komplikasi

  • Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.
  • Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
  • Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).
  • Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.

Pemeriksaan Penunjang

  • Darah lengkap
  • Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
  • Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan  saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
  • Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit.